Apa Perbedaan Food Loss dan Food Waste?

Apa perbedaan keduanya? – Berbicara mengenai sampah dan isu lingkungan, pasti tidak asing dengan istilah sampah makanan. Sampah makanan disebut juga food wastage. Menurut The Economist Intelligent Unit, Indonesia merupakan penyumbang sampah makanan terbesar kedua di dunia setelah Arab Saudi. Sampah makanan di Indonesia mencapai ±13 juta ton/tahun.

Terdapat dua istilah untuk menggambarkan food wastage, yaitu food loss dan food waste. Kedua hal ini merupakan sesuatu hal yang berbeda namun apabila keduanya dapat dikurangi dan diatasi maka dapat mencapai Sustainable Development Goals (SDGs) khususnya untuk SDG 2 (Tanpa Kelaparan) dan SDG 12 (Konsumsi dan Produksi Bertanggung Jawab). Apa perbedaan food loss dan food waste?

1. Food loss

Menurut Food and Agricultural Organization of The United Nations (FAO) dalam The State of Food Agriculture 2019, food loss adalah penurunan kuantitas atau kualitas makanan akibat keputusan dan perilaku pemasok makanan di luar retail, penyedia jasa makanan, dan konsumen.  Jadi, food loss mengacu pada hilangnya sejumlah pangan antara rantai pasok produsen dan pasar.

Di Indonesia, kasus food loss telah banyak terjadi, salah satunya di Banyuwangi, para petani buah naga membuang 10 keranjang yang berisikan buah naga yang masih segar ke sungai. Hal ini disebabkan oleh para petani tidak berhasil menjualkan buah naga tersebut ke pengepul karena tidak sesuai dengan mutu yang diinginkan pasar padahal masih layak di konsumsi. Di Negara Swedia, food loss dan food waste sendiri sudah diolah menjadi pembangkit listrik tenaga sampah makanan di tiap-tiap rumah disediakan sampah khusus untuk makanan dan truk khusus sampah makanan pun melakukan penjemputan disana.

Beberapa penyebab food loss yaitu:

  • Permasalahan dalam penyimpanan, penanganan, pengemasan, sehingga produsen memutuskan untuk membuang bahan pangan tersebut.
  • Proses pra-panen tidak menghasilkan mutu yang diinginkan psar.
  • Permainan harga pasar antara agen dan distributor yang menyebabkan harga melonjak tajam, dan pada akhirnya tidak terjual.
  • Kurangnya permintaan konsumen di pasar.
  • Tidak disimpan secara sempurna, sehingga umurnya menjadi pendek.
  • Terlalu lama di gudang lama kelamaan menjadi berjamur, basi, dan busuk.

 

2. Food waste

Menurut Food and Agricultural Organization of The United Nations (FAO) dalam The State of Food Agriculture 2019, food waste adalah penurunan kuantitas atau kualitas makanan akibat keputusan dan perilaku retail, penyedia jasa makanan, dan konsumen. Food waste mengacu kepada makanan yang dibuang dimana produk makanan atau produk makanan alternatif tersebut masih aman dan bergizi untuk dikonsumsi. Jadi, food waste sendiri merupakan makanan yang siap dikonsumsi oleh manusia, namun dibuang tanpa alasan atau makanan tersebut telah mendekati masa kedaluwarsanya.

Food waste yang menumpuk di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) menghasilkan gas metana dan karbondioksida yang buruk bagi lingkungan dan bumi. Gas tersebut terbawa ke atmosfer dan berpotensi merusak lapisan ozon. Padahal, salah satu fungsi lapisan ozon yaitu bisa menjaga kestabilan suhu di bumi. Jika kestabilan suhu terganggu, terjadilah pemanasan global dan kenaikan permukaan air laut akibat mencairnya es di bumi.

Beberapa penyebab food waste yaitu:

  • Porsi terlalu besar.
  • Tidak menghabiskan makanan.
  • Membeli atau memasak makanan yang tidak disukai.
  • Gaya hidup (gengsi atau malu) menghabiskan makanan di depan orang ramai (umum).
  • Terlalu banyak pelengkap.
  • Perilaku konsumen.
  • Kurang komunikasi dengan konsumen.

Penurunan kuantitas dalam hal ini menggambarkan kehilangan makanan secara fisik (berat). Sedangkan, penurunan kualitas menggambarkan penurunan atribut makanan yang mengurangi nilai makanan tersebut saat digunakan seperti kandungan nutrisi dalam makanan yang berkurang (misalnya kandungan vitamin C yang lebih kecil pada buah yang penyok) dan/atau berkurangnya nilai ekonomi makanan karena tidak sesuai standar kualitas.

Menurut STREFOWA dalam Food Waste Guideline for Waste Management 2019, terdapat bagian dalam makanan yang tidak dapat dihindari agar tidak menjadi food wastage, yaitu bagian yang tidak dapat dimakan (kulit, tulang, dsb) dan sisa-sisa preparasi makanan (kulit dsb). Sedangkan, sisa-sisa konsumsi, makanan yang dikonsumsi sebagian dan makanan yang tidak dimakan (utuh, belum dibuka) adalah bagian dalam sampah makanan yang dapat dihindari.

Lalu, apa yang dapat dilakukan para pelaku kuliner? Bisa dengan bijak dalam melakukan pembelian, penyimpanan, pengolahan, mengatur porsi konsumen, komunikasi dan edukasi, dan berbagi.

Source: Barilla

Food loss dan food waste merupakan tindakan membuang makanan secara sia-sia. Dengan memberikan makanan kepada orang yang lebih membutuhkan merupakan pilihan terbaik, karena di sekitar kita masih banyak orang kelaparan atau kekurangan nutrisi.

Referensi:

FAO. (2019). The State of Food and Agriculture 2019 – Moving forward on food loss and waste reduction. Rome: FAO.

STREFOWA. (2019). Food Waste Guideline for Waste Management. STREFOWA.

Gifood, Greeneration, Kompasiana, Suara, ZeroWasteID  

 

Share this Post

Share